Seiring bertambahnya usia, rasanya bertambah pula pengalaman hidup dan wisdom yang kita miliki. Di penghujung kuliah s2 di Liverpool, ada 1 rumusan yang dapat di simpulkan dari perjalananku sejauh ini. Ketakutan dan kemalasan pada dasarnya berawal dari ketidak tahuan kita. Aku masih ingat sembilan bulan lalu, ketika pertama sampai di Liverpool, aku tidak bisa tidur dan selalu gelisah. Sering terbersit penyesalan kenapa sih tidak kuliah di Indonesia aja. Lebih nyaman dan mudah. Saat itu, setiap hari aku takut dan rendah diri. Setiap mau bertemu sama orang selalu gugup dan gagap dalam berbicara. Apalagi kalau sudah waktu nya kuliah, aku jadi anak paling diam di kelas.
Sesi yoga terakhir sebelum aku pulang ke Indonesia |
Meskipun takut, setiap hari aku datang ke kelas. Termasuk kelas-kelas tambahan yang bisa aku ikuti, untuk berinteraksi dengan sebanyak-banyak orang di Liverpool. Mulai dari kelas bahasa inggris, menulis, kebudayaan inggris, workshop arsitektur, dll. Setiap minggu berjuang dengan keengganan untuk berangkat. Namun saat ini aku perlu berterima kasih dengan diriku yang dulu memutuskan untuk selalu muncul dan menghargai komitmen yang telah dibuat. Karena pada akhirnya rutinitas tersebut membuatku mengetahui bahwa yang aku takutkan selama ini tidak berdasar. Orang-orang baru yang aku temui disini mereka juga sama takutnya. Mereka sama belajarnya. Mereka sama-sama memiliki harapan untuk maju dan mengubah keadaan mereka jadi lebih baik. Sehingga, penting bagi kita untuk memberi kredit bagi diri kita sendiri, percaya bahwa kita cuma perlu waktu untuk mencoba hal-hal baru. Merubah mindset dari tidak tahu menjadi tahu. Dari takut menjadi percaya diri. Dari malas menjadi rajin.
Belajar tentu tidak ada berhentinya. Dari manapun dari siapapun kita bisa mengambil pelajaran. Semoga Allah SWT selalu ingatkan kita. Bahwa sehebat apapun kita, selalu ada yang bisa kita perbaiki dan evaluasi. Kesombongan seringkali membuai kita untuk cepat berpuas diri dan lupa akan semangat kesempurnaan. Namun tentu semua ada titik keseimbangannya. Tidak pernah merasa puas dan selalu menyalahkan diri juga tidak sehat. Terkadang aku merasa menjadi seorang yang gagal dan seringkali menyesal dengan berkata, "seandainya aku lebih baik". Perasaan itu tidak jarang membuatku jatuh sakit. Contohnya sekitar 2 bulan yang lalu, banyak hal yang kupikirkan, salah satunya saat aplikasi visa ibukku 2x ditolak. Dalam hatiku berkata harus semangat tidak boleh menyerah, tapi jauh dalam pikiranku aku tidak henti menyalahkan diri sendiri. Sampai aku jatuh sakit akibat vertigo sehingga beberapa hari tidak bisa berdiri dari tempat tidur.
Terinspirasi dari sebuah buku yang aku pinjam di perpus (Mindful thoughts for Students-Georgina Hooper), sebaiknya kita lebih memahami tanda-tanda yang di alami tubuh kita. Karena body and mind itu connected. Kalau sudah pusing apalagi vertigo artinya aku udah overload. Harus istirahat, detox screen time, eat healthy food, read a good book dan yang terpenting olahraga. Setiap orang punya caranya sendiri untuk mengistirahatkan diri terutama hati dan pikiran. Kadang sudah cukup tidur namun pikiran tidak pernah tenang. Selain beribadah, berdoa menyerahkan diri kepada Allah SWT, stick to a routine khususnya rutinitas detox sangat berguna bagi saya pribadi.
Rutinitas melawan ketakutan, menjunjung tinggi komitmen, mengevaluasi performance diri dan sekaligus memberi waktu detox bagi tubuh dan pikiran bagi saya adalah kunci menjadi resilien. Sehingga harapannya bisa menjadi pribadi yang tangguh dalam menghadapi tantangan kehidupan. Don't loose your streak. Karena bermula dari rutinitas akan menjadi habit. Buku nya (James Clear- Atomic Habits) juga merupakan buku life changing yang pernah aku baca. Beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk membangun kebiasaan baik yaitu mulai dari hal yang mudah dan buat kebiasaan itu terlihat menarik, terlihat jelas dan memuaskan. Contohnya ketika kita ingin membiasakan olahraga, kita bisa letakkan baju olahraga/ matras yogamu di dekat kasurmu sebelum tidur. Sehingga saat bangun, kita bisa bergegas olahraga. Bisa juga mulai dengan olahraga 15 menit misalnya tiap 2 hari sekali. Jika sudah terbiasa, berikutnya bisa di tambah durasi dan intensitasnya.
Sesi kuliah terakhir sebelum aku pulang ke Indonesia |
Aku tidak tahu jika saat 3 tahun yang lalu aku menyerah belajar IELTS maka aku tidak akan dititik ini. Titik dimana aku bisa mengenal karunia Allah SWT di penghujung dunia lain. Bertemu dengan global scholar di University of Liverpool dan negara lain disini. Berinteraksi dengan mereka telah membuka cakrawalaku tentang bagaimana seharusnya kita sebagai bangsa Indonesia harus bisa bersaing secara global. Sejauh ini aku rasa aku masih dalam track yang aku rencanakan. Atau paling tidak target di 2025 untuk lulus dengan distinction. Sebagai motivasi saja, alhamdulillah pada mata kuliah "BIM Implementation in Collaborative Environment" aku mendapat nilai tertinggi sejak 6 tahun terakhir mata kuliah tersebut pertama kali diperkenalkan. Mata kuliah itu adalah substansi dari keseluruhan program, dimana kita diharapkan bisa menjadi BIM specialist. Selain itu bisa meraih posisi ke-3 pada kompetisi tahunan BIM League merupakan kabar gembira buatku agar lebih semangat belajar dan tidak cepat berpuas diri.
Berikutnya, aku berharap agar aku lebih rajin berlatih menulis dan mendokumentasikan kegiatan melalui chanel lain. Berbagi pengalaman dan berharap menambah amal jariyah. Semoga tidak lupa pula aku agar beristirahat dan memberi reward terhadap diriku sendiri.
Resiliensi adalah sesuatu yang kita tumbuhkan dengan belajar terus menerus. Dimanapun kita dan dalam kesendirian, kita harus bisa survive and thrive. Karena pada akhirnya, kita harus bisa menjalankan tugas kita sebagai khalifah fil ard. Menyalakan lilin ditengah kegelapan. Memimpin perubahan. Mempersembahkan amal terbaik kita untuk bekal kembali ke sisi-Nya kelak. Amin-amin ya Robbal Alamiin. :)
Komentar
Posting Komentar